Sumber gambar: nextshark.com
Kehadiran seorang anak dalam
rumah tangga adalah anugerah dan dambaan bagi setiap orang. Di satu bisa
menjadi penguat ikatan rumah tangga, namun di sisi lain juga menjadi tantangan
dengan hadirnya tanggung jawab yang semakin berat.
Hadirnya anak dalam keluarga
adalah babak baru dalam proses berkeluarga, karena itulah diperlukan adaptAsi secepat
mungkin bagi suami istri. Karena sungguh proses ini tidak pernah diajarkan
dengan baik di bangku sekolah dan bahkan di keluarga sendiri.
Dalam budaya kita, mengasuh anak
menjadi satu dari sekian banyak daftar kerjaan domestik yang identik dengan perempuan. Oleh karena itu, dengan
adanya anak berarti bertambah daftar kerjaan domestik yang dibebankan pada
perempuan.
Setelah melahirkan, menyusui menjadi
tugas baru bagi perempuan yang sangat penting. Lagi-lagi, proses menyusui ini sangat diidentikan
dengan tugas perempuan semata. Dalam
tugas ini, kebanyakan suami merasa kikuk dan bahkan lepas tangan.
Bekal pengetahuan yang dimiliki
kebanyakan seorang suami sangat minim. Minimnya bekal pengetahuan ini yang juga
memiliki andil dari sikap acuh seorang suami.
Tentu kita tidak perlu
pertanyakan lagi seberapa besar manfaat Asi (air susu ibu). Semahal apapun susu
formula, sungguh tidak dapat menggantikan asupan nutrisi yang ada dalam Asi.
Yang disayangkan saat ini banyak
wanita yang justru lebih memilih memberikan asupan susu formula dengan ragam
alasan yang menyangkut waktu dan kecantikan. Dan ditambah lagi saat ini banyak
dokter, bidan dan konsultan gizi yang tidak pro terhadap Asi. Dan dimungkinkan
pula karena tidak adanya motivAsi dari seorang suami.
Ketika tidak ada halangan secara
fisik maupun psikologis yang menyebabkan seorang wanita tidak memungkinkan untuk menyusui, saya kira
memenuhi Asi adalah hak mutlak bagi anak.
Saat awal menikah, saya dan istri
berkomitmen untuk tidak menunda memiliki anak dan sepakat akan menjadikan Asi
satu-satunya asupan susu bagi anak hingga usia dua tahun. Saya dan istri selalu
membayangkan bahwa tidak pernah ada susu selain Asi. Hal ini kami lakukan
sebagai motivasi dalam memenuhi hak-hak anak.
Meskipun pada tahun pertama
menyusui, istri saya harus berjibaku dengan fibroadonema
mamae (FAM) yang bersemayam dalam payudara kanannya. Sehingga harus
menjalani oprasi dan selama beberapa hari harus beristirat penuh. Namun
beruntung Asip yang ditabung mAsih cukup sembari menunggu fisik istri saya
pulih.
Menyusui bukan hanya perkara
memberikan air susu, namun di balik itu ada kedekatan jalinan seorang anak dan
ibu terbangun dalam aktifitas ini, yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
karakter anak. Bagi seorang Ibu menyusui banyak mengandung pembelajaran,
seorang Ibu dituntut untuk menjaga kualitas Asi dengan benyak mengkonsumsi
makanan bergisi dan asam folat tinggi. Menyusui
juga melatih kesabaran seorang Ibu.
Di tengah aktifitas yang sangat
intim antara anak dan Ibu ini, lalu di mana peran suami atau laki-laki?
Seorang suami seringkali bingung
harus berbuat apa saat anak terbangun tengah malam karena ingin menyusu. Karena
bingung akhirnya seorang suami pun memilih untuk melanjutkan tidur setelah
bangun sejenak untuk memantau situAsi. Termasuk sayapun pernah demikian.
Tapi perlahan saya sadar bahwa
dengan tetap terjaga saat istri menyusui di malam hari, sudah menjadi support yang sangat berharga bagi istri.
Yang penting digaris awahi adalah
bahwa menyusi merupakan sebuah proses. Jangan hanya melihat pada satu
aktifitasnya saja. Artinya aktifitas tersebut memiliki runutan yang saling memengaruhi.
Sebagai contoh, seorang Ibu yang
menyusui sudah pasti memerlukan asupan makanan bergizi dan tinggi asam folat. Tugas
seorang suami yang pro Asi harus dapat memastikan asupan makanan dan nutrisi terjaga
dengan baik.
Seorang Ibu yang menyusui juga
memerlukan tereatmen atau sentuhan
agar peredaran darah menjadi lancar, sehingga kelenjar susu dapat memeroduksi Asi
dengan maksimal. Dalam hal ini seorang suami pro Asi dapat menjadi seorang
traspis dadakan yang bisa merileksasi istri, terutama setelah menyusui.
Dalam hal psikologis, seorang
suami juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas mental istri.
Menyusui merupkan tugas mulia yang cukup melelahkan. Kondisi lelah ini yang
terkadang dapat memberikan guncangan mental sehingga dapat memengaruhi kualitas
Asi. Dengan meringankan pekerjaan domestik, paling tidak seorang suami sudah
berperan penting dalam menjaga stabilitas mental itu.
Tentu mAsih banyak hal yang bisa
dilakukan seorang suami dalam menunjang seorang istri dalam menyusui. Perlu
diingat bahwa menyusui merupakan rangkaian aktifitas yang saling memengaruhi.
Tentu ada bagian yang tidak dapat diambil oleh laki-laki, namun banyak bagian
di mana suami dapat mengambil peran dalam mendukung pemberian Asi.