Tae Oh dan Hasrat Lelaki di Jagad Semesta


Selepas menulis, malam itu saya lekas beranjak ke kamar tidur. Ternyata istri saya belum tidur. Matanya masih tegar menatap layar handphone. Saya kira sedang berselancar di Instagram, ternyata sedang menonton film serial Korea terbaru yang judulnya ‘The World of The Married’

Tidak biasanya ia nonton film Korea, apalagi sampai larut malam begini. Setahu saya satu-satunya film yang biasa ia tonton adalah ‘Upin & Ipin’, itu pun karena menemani anak saya menonton. Katanya film ini sedang booming, jadi dia penasaran.

Berawal dari rasa penasarannya itulah kemudian istri saya terseret dalam lembah kemilau drama Korea. Dan sialnya, dia juga menyeret saya untuk ikut terjerembab dalam melodrama perselingkuhan yang melibatkan tiga aktor utama itu, Tae Oh, Seon Woo dan Da Kyung. Tidak ada pilihan untuk tidak menemainya menonton. Saya anggap ini bagian dari ibadah sunah lain dalam berkeluarga.

Memang saya tidak sempat menonton seluruh episodenya, tapi episode 15 sungguh tidak bisa ditinggalkan. Kata orang-orang begitu. Saat mulai terbawa suasana film ini, dalam hati saya berkata, “kurang apa ya, Tae Oh”. Hidupnya sudah bergelimang kecukupan. Ia punya istri Seon Woo yang sangat cantik untuk ukuran wanita dewasa, dan mapan pula.

Tae Oh yang tampan tanpa kemapanan seharusnya bisa hidup tenang dan menjalani hobinya bersama Seon Woo. Tapi rupanya paras dan kemapanan Seon Woo yang sudah lama dinikmati oleh Tae Oh luluh lantah tergerus oleh mahacantiknya Da Kyung, anak seorang pejabat di kota fiktif Gosan. Semua laki-laki tentu setuju dengan mahacantiknya Da Kyung. Da Kyung adalah bentuk kesempunaan dari sebuah godaan.

Posisi nyaman yang alami Tae Oh tidak menyurutkannya untuk bermain cinta lagi. Tae Oh tidak berpaling, hanya memperkaya cintanya dengan cinta wanita lain. Sungguh cerdas. Karena dalam hati nuraninya ia juga tidak mau kehilangan Seon Woo, tapi di sisi lain ia juga tidak mau menyia-nyiakan Da Kyung. Meskipun pada akhirnya Tae Oh tetap harus memilih. Karena Seon Woo dan Da Kyung bukanlah tipe yang rela dimadu.

Kerumitan melodrama ini terus berlanjut dan semakin sulit ditebak. Pada akhirnya Tae Oh bercerai dengan Seon Woo dan menikah dengan Da Kyung. Meskipun sudah memiliki anak dari Da Kyung, tapi ternyata chemistry antara Tae Oh dan mantan istrinya, Seon Woo tidak pernah musnah. Ia tetap tumbuh dan menunggu kesempatan untuk bersemi kembali. Sampai akhirnya pada suatu hari Tae Oh harus membayar rindunya dengan Seon Woo yang sudah tidak halal lagi baginya. Dan kerumitan ceritanya terus berlanjut sampai akhirnya tidak seorangpun saling memiliki. Selengkapnya bisa nonton sendiri.

Film yang sudah mencetak rekor rating pemirsa tertinggi di seluruh TV kabel Korea ini sungguh banyak memengaruhi psikologis para kaum istri.  Banyak kaum istri yang takut jika sang suami meniru yang telah dilakukan Tae Oh pada Seon Woo.  Akhirnya para suami yang berpergian harus rela membagian lokasi terkini kepada istrinya. Mungkin para istri juga lupa jika GPS bisa dinonaktifkan.

Film ini juga membuat umat lelaki bertanya pada diri sendiri, “apakah saya Tae Oh?”, atau “Tae Oh adalah saya?” Mungkin secara paras tentu tidak, tapi perilaku dan hasrat bisa jadi sama. Singkatnya saya mau katakan bahwa apa yang menjadi hasrat Tae Oh adalah naluri alami seorang lelaki. Bahkan di seluruh alam semesta.

Waktu di kampus dulu dosen saya pernah bilang, tidak ada laki-laki yang tidak ingin memiliki cinta lebih dari satu, karena lelaki pada hakikatnya ingin memiliki banyak cinta. Yang menjadi persoalan adalah dia berani dan mampu atau tidak! Demikian kata dosen saya yang kala itu rupanya dia sudah berani dan mampu.

Ada benarnya juga saya kira. Manusia, terutama laki-laki adalah makhluk yang tidak pernah puas dalam beragam hal, termasuk cinta dan nafsu. Bahwa kesetiaan hubungan yang ada pada banyak pasangan saat ini adalah hasil upaya yang dikuatkan dengan komitmen. Kesetiaan itu dibuat oleh manusia untuk menutupi hasrat muncul secara naluriah. Artinya kesadaran untuk setia itu dibangun di atas hasrat alami yang tidak pernah hilang.

Tapi apa yang telah dilakukan oleh Tae Oh sungguh telah kelewat batas menurut saya. Ia telah mengecewakan dua wanita yang bahkan telah menerima kekurangannya. Saya tidak sependapat juga jika Da Kyung dikatakan seorang pelakor. Bagaimanapun juga wanita penggoda tidak akan pernah berhasil menggoda jika laki-laki bisa menahan godaan. Banyak wanita sebenarnya yang tidak sampai hati ‘melakor’, hanya kadang-kadang laki-laki lah yang terlalu berserah diri.

Dari film The World of The Married ini paling tidak kita bisa ambil beberapa hikmah, di antaranya, bahwa kecukupan tidak selalu sebanding dengan kebahagiaan, ikatan tidak selalu menjadi jalan persatuan, paras bukanlah jaminan kesetiaan dan kebahagiaan, masa lalu adalah godaan paling kejam, dan cinta adalah nafsu. Tae Oh tidaklah sendiri, ia bersama hasrat lelaki di jagat semesta yang terpendam bersama pertimbangan logika dan norma.

Fwkh