Masih Perlukah Islamisasi?
Islamisasi memang
erat kaitannya dengan konversi simbol. Islam kerap kali dipresentasikan dengan
simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol agama biasanya dijadikan pembeda dari
satu agama dengan agama lain sebagai identitas. Islamisasi akrab dengan
simbol-simbol tertentu seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat, dan
beberapa simbol lain yang bersifat seremonial. Ketika seseorang mengaplikasikan
simbol-simbol tersebut baru dikatakan menjadi Islam. Islamisasi juga erat kaitannya
dengan penambahan kuantitas. Motif “isasi” bagi setiap agama salah satunya
adalah menambah pengikut.
Namun masih
perlukah Islamisasi yang bersifat simbolik saja?. Atau jauh lebih penting
pribumisasi nilai-nilai Islam?. Seperti jargon yang sering digaungkan oleh Gus
Dur.
Pada kenyataannya
memang aplikasi nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an jauh lebih penting
ketimbang menjadi seorang Muslim simbolik saja. Nilai-nilai kesetaraan, keramahan,
keindahan, kedamaian, kebersihan, keadailan, kesejahteraan, kemajemukan,
demokrasi, tenggang rasa, saling menghargai, egaliter dan nilai-nilai universal
lainnya yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Hadis nampaknya jauh lebih penting
ketimbang aneksasi akidah yang bersifat simbolik semata.Yang pada nantinya Islam
mereka hanya sebatas identitas.
Toh kalau dengan
nilai-nilai tersebut dapat membuat orang lain masuk Islam itu merupakan nilai
plus. Kuantitas seharusnya tidak lagi menjadi motif Islamisasi, namun kualitas
moral sosial yang menjadi target hakiki. Umat Islam lebih baik memfokuskan pada
perbaikan kualitas dengan meningkatkan kualitas hidup penganutnya melalui
pendidikan. Karena tidak ada jaminan bahwa jika seluruh dunia ini memeluk agama
Islam kesejahteraan akan menyertai. Kesejahteraan akan lebih dekat jika
nilai-nilai keislaman ini bisa di impor ke dalam keyakinan lain
tanpa aneksasi secara simbolik.
Jangan sampai
nilai-nilai Keislaman yang bersifat universal ini tidak dipahami oleh umat
Islam dan malahan diaplikasikan oleh orang-orang non-Muslim. Padahal mereka
tidak memahami al-Qur’an dan Hadis, namun esensi nilai keislaman yang bersifat universal
malahan diaplikasikan dengan baik oleh mereka.
Yang perlu
ditekankan adalah, jangan sampai Islam yang tersampaikan adalah Islam yang
bersifat simbolik semata. Namun esensi nilai-nilai keislaman yang bersifat
sosial-universal tidak tersampaikan. Singkatnya islamsasi yang bersifat simbolik tidak begitu urgent,
namun mengaplikasikan nilai-nilai Islam yang bersifat sosial-universal dan
menyebarkannya adalah keharusan.
Wallahu’alam Bishawwab