Islam
Indonesia; Islam With Smiling Face
Istilah Islam
Indonesia “Islam with smiling face” merupakan istilah yang digunakan
Azyumardi Azra untuk menggambarkan Islam Indonesia. Namun benarkan Islam
Indonesia Islam yang yang terkenal dengan wajah senyuman dan keramahannya seperti
apa yang dikatakan Azra?.
Indonesia merupakan
salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Lebih dari 80
persen penduduknya menganut agama Islam. Islam telah masuk di Inodnesia sejak
abad ke-7 Masehi, namun baru menyebar secara pesat pada abad ke-12 dan 13.
Perdagangan, perkawinan, dan Islamisasi tingkat elit menjadi salah satu media
pribumisasi Islam yang cukup efektif.
Islamisasi di
Indonesia biasa disebut oleh beberapa Islamicist dengan istilah peace
penetration, yakni pengislaman secara damai. Islam di bumi Nusantara
disebarkan tidak dengan kekuatan militer atau aneksasi politik seperti beberapa
kasus di Timur Tengah dan Asia Selatan.
Para pedagang dan
guru sufi menjadi agen of islamization yang paling terdepan dalam kasus islamisasi di Indonesia.
Penyebaran Islam pada masa awal terbilang cukup harmonis. Para agen of
islamization tidak melakukan islamisasi dengan cara yang revolusioner. Melainkan secara perlahan
dengan menyisipkan nilai-nilai Islam ke dalam relung tradisi lokal masyarakat. Sehingga Islam dengan
mudah diterima oleh masyarakat Indonesia kala itu.
Memang para
penggiat Islamisasi tidak serta merta mengkonversi kepercayaan sebelumnya ke
dalam Islam, melainkan dengan cara adhesi. Maka dari itu tidak heran jika
kekinian banyak ditemukan tradisi lokal yang kontennya bermuatan nilai-nilai
keislaman.
Yang paling penting
adalah bukan persoalan murni atau tidaknya kepercayaan Islam yang disampaikan
pada masa awal. Namun yang lebih penting adalah, bahwa pada masa awal proses
pribumisasi Islam di Indonesia berlangsung secara damai dan sangat efektif. Hal
tersebutlah yang hemat penulis menjadi nilai plus bagi proses Islamisasi pada
masa awal. Istilah Islam with smiling face telah dapat dilihat dari masa
awal Islamisasi di Indonesia.
Pada masa kekinian
terutama pasca Orde Baru banyak terjadi tindak terorsime yang melibatkan umat
Islam Indonesia. Beberapa teror bom terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Selain itu banyak terjadi tindak diskiminasi terhadap para pengikut Ahmadiyah
dan Syiah. Belum lagi aksi-aksi swepping yang banyak menggunakan
kekerasan yang dilakukan oleh ormas-ormas Islam. Hal tersebutlah yang kemudian menurut
para pengamat menjadi coretan bagi keramahan Islam Indonesia yang selama ini
telah harum namanya.
Memang beberapa
aksi teror dan tindak diskiminasi dianggap sebagai tindakan mencoreng keramahan
Islam Indonesia. Namun perlu diketahui pula bahwa tindakan tersebut tidak melibatkan
dan didukung oleh seluruh masyarakat Muslim Indonesia. Hanya sebagian kecil
saja terlibat di dalamnya, yang hemat penulis hal tersebut merupakan ulah orang-orang yang
menafsirkan nilai-nilai Islam dengan sangat sempit dan skriptural tanpa
mempertimbangkan aspek sosial.
Berbagai tindakan radikal
Islam memang kerap kali mewarnai tayangan-tayangan di media. Islam seakan akrab
dengan kekerasan dan terorisme. Hal tersebut yang kemudian menjadi konsumsi
masyarakat Indonesia dan dunia sehinggaa Islam Indonesia di tampilkan dalam
wajah yang mencekam. Namun perlu diketahui bahwa sesungguhya gerakan radikal
Islam baik yang berlatar belakanggerakan bughat
maupun purifikasi sebenarnya tidak laku di Indonesia. Bila kita menghitung
jumlahnya sangatlah sedikit, itupun rekrutmennya harus secara mati-matian. Jika
diamati secara cermat jauh lebih banyak umat Islam Indonesia yang menginginkan
Islam yang damai ketimbang Islam yang mencekam. Beberapa terorisme Islam
bersekala internasional memang kerap kali menjadikan Indonesia sebagai mangsa
rekrutmen mereka. Namun sayangnya cita-cita fiktif mereka tidak laku di
Indonesia.
Selain itu jika
dibandingkan dengan negara-negara mayoritas Islam lainnya di Timur Tengah,
Islam Indonesia jauh lebih harmonis. Hampr semua gerakan bughat di Idonesia tidak pernah diikuti oleh sebagain besar Muslim
lain. Misalkan dalam kasus DII/TII, dan NII. Mereka dengan mudah ditumpas
karena tidak mendapat dukungan umat Islam secara menyeluruh. Meskipun terdapat
pula faktor lain di belakangnya.
Namun yang paling
penting adalah berbagai gerakan bughat baik yang secara terang-terangan maupun
secara diam-diam tidak pernah laku di Indonesia. Islam tradisionalis ala NU dan
Islam Modernis gaya Muhammadiyah yang berdakwah secara kultural jauh lebih
memikat dibanding gerakan buhgat. Hal ini berlawanan dengan kondisi Muslim di
Timur Tengah yang seakan tidak pernah sepi dirundung perselisihan. Baik sesama
umat Islam mapun golongan lainnya.
Belakangan gerakan
ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)
juga mulai merambah ke bumi Indonesia. Namun berangkat dari pola-pola sejarah,
penulis berkeyakinan bahwa gerakan ini juga tidak akan laku di Indonesia. Ada
beberapa memang Muslim Indonesia yang terjerembab dalam dalam pola fikir
skriptual ISIS. Namun image negatif
ISIS dengan cepat tersebar ke berbagai plosok Indonesia.
Memang tidak dapat
dipungkiri bahwa berbagai gerakan radikal Islam telah mencoreng keramahan Islam Indonesia. Namun
perlu diingat pula bahwa ratusan juta umat Islam Indonesia masih dan selalu
menginginkan Islam yang damai. Islam yang dapat hidup berdampingan dengan
golongan lain, Islam yang tidak mengkafirkan dan membidahkan golongan lain,
Islam yang tidak menggunakan kekerasan dalam menyikapi perbedaan. Maka dari itu
istilah Islam with smiling face pantas disandang oleh Muslim Indonesia
hingga kini.
Wallahu’alam Bishawwab