Islam
dan Terorisme
Belum lama kita
diperlihatkan kembali aksi terorisme yang terjadi di Paris, Prancis. ISIS (Islamic
State of Iraq and Syiria) dianggap bertanggung jawab terhadap aksis teror
yang menewaskan ratusan nyawa tersebut. Serangan tersebut disinyalir sebagai
ancaman ISIS terhadap Prancis, karena Prancis membantu negara-negara Uni-Eropa
lainnya dalam pembombardiran basis
ISIS di Suriah. Sehingga banyak jihadis ISIS yang mati
terbunuh.
Yang miris adalah
kita diperlihatkan kembali aksi-aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam. Hal
tersebutlah yang kemudian berdampak negatif bagi saudara-saudara Muslim di
Prancis lainnya. Mereka mendapatkan ancaman-ancaman dari orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Selain itu pemerintah Prancis juga merencanakan penutupan
organisasi Islam dan masjid-masjid di Prancis. Padahal aksi teror tersebut
tidaklah mewakili mereka, akan tetapi mereka terkena dampaknya. Namun sikap
pemerintah Prancis tersebut dapat dimengerti.
Memang kita tidak
dapat pungkiri bahwa tindak terorisme yang melibatkan orang-orang Islam
memiliki berbagai macam motif. Dalam konteks Tiimur Tengah misalnya, aspek
sosial, politik, dan agama menjadi motif lahirnya berbagai aksi teror di sana. (Azyumardi Azra, 2015). Kebanyakan dari mereka memang lahir
akibat hingar-bingar politik Timur Tengah yang tidak terselesaikan. Seperti
kasus kemunculan al-Qaeda yang merupakan respon dari aneksasi Amerika Serikat
di Afghanistan pada tahun 1985.
Selain itu para
fundamentalis Islam juga berangkat dari penafsiran ayat-ayat jihad yang
bersifat skriptual. Mereka cenderung mengabaikan aspek kontekstual dan
substansial. Memang kita tidak bisa pungkiri bahwa beberapa ayat-ayat al-Qur’an
bisa menjadi pendorong seorang muslim bertindak radikal jika ditafsirkan secara
“skriptual”.
Dari sedikitnya dua
faktor di atas terdapat pula pendekatan teori konspirasi. Beberapa kalangan
mempercayai bahwa telah terjadi persekongkolan antara Barat dan negara-negara
Timur Tengah dalam berbagai aksi-aksi terorisme yang melibatkan al-Qaeda, ISIS,
dan organisasi teror lainnya. Akan tetapi teori konspirasi hanya menimbulkan
spekulasi tanpa fakta. Namun jika hal tersebut benar adanya betapa bodohnya
negara-negara Muslim Timur Tengah yang terlibat dalam konspirasi tersebut.
Namun apapun
motifnya segala tindak kekerasan tidak
dapat dibenarkan. Yang perlu ditekankan adalah bahwa berbagai aksi teror tidak
mempresentasikan wajah Islam yang sebenarnya. Karena motif politik, ekonomi,
dan sekterianisme menjadi motif besar yang meletar belakangi pergerakan mereka.
Islam tidak lebih hanya dijadikan kedok tipis yang melatarbelakangi pergerakan
mereka. Gunanya hanya untuk mencari simpati masyarakat Islam dunia.
Atas dasar
kemanusiaan kita harus mengecam berbagai tindak terorisme baik yang
mengatasnamakan agama maupun negara.
Kecaman aksi teror itu tidak hanya kita peruntukan dalam kasus teror Paris,
namun seluruh aksi teror di dunia termasuk di Suriah, Palestina, dan negara-negara yang memiliki
nasib sama.
Wallahu’alam Bishawwab