Begalisme Dalam Tinjauan Multi Perspektif

Begalisme Dalam Tinjauan Multi Perspektif



Beberapa kasus begal yang terjadi belakangan ini merupakan sebuah reaksi dari berbagai permasalahn sosial yang terjadi. Melalui tulisan ini saya akan mengajak melihat berbagai peristiwa melalui berbagai sudut pandang. Permasalahan begal merupakan fenomena sosial yang timbul bukan tanpa sebab. Bahakan belakang terungkap bahwa mereka begerak secara terorganisir. Hal tersebut membuktikan bahwa mereka bergerak bersama demi mencapai sebuah tujuan. Menurut wakil presiden H. M. Jusuf Kala dalam wawancaranya di Tv One, Ia mengatakan bahwa begalisme timbul akibar permasalahan dalam pendidikan. Namun sempit sekali jika melihat fenomena ini hanya dalam satu sudut pandang. Dan cenderung menitik beratkan permasalah pada satu aspek. Sebuah peristiwa memiliki kausalitas atau sebab akibat, begitupun dengan permasalah begal. 

Fenomena ini tidak terjadi dengan sendirinya. Terdapat determinisme yang menggerakan peristiwa tersebut. Nampaknya selain pendidikan formal, aspek ekonomi, pendidikan keluarga, sosiologi, dan mentalitas ikut bersumbangsih menggerakan peristiwa tersebut. Ekonomi sering digadang-gadang sebagai aspek yang melatar belakangi sebuah peristiwa kriminal. Bahkan dari penuturan beberapa tersangka begal mengatakan bahwa motifnya tidak lain adalah ekonomi, karena tidak punya uang untuk jajan atau untuk memenuhi kebutuhan lain. Tidak salah bila dikatakan bahwa ekonomi memiliki sumbangsih. Namun tidak memungkiri bahwa negara yang ekonominya mapan pun terhindar dari berbagai kasus kriminal, meskipun jumlahnya cenderung sedikit. Maka dari itu nampaknya perlu perbaikan-perbaikan dalam sektor prekonomian. Seperti penyerapan lapangan kerja yang efektif dan pembekalan kewirausahaan yang intensif, baik dalam jenjang pendidikan SMA maupun masyarakat umum. Agar kelak para kaula muda memiliki bekal yang memadai dan mantap bila turun di Masyarakat. 

Pendekatan sosiologi juga tepat jika dijadikan pisau analisa untuk mengkaji permasalahn begal. Begalisme merupakan sebuah perilaku menyimpang dan anti sosial. Ada permasalahan dalam pembentukan keperibadain dalam pergaulan. Sehingga sifat-sifat menyimpang seperti kenakalan remaja berakar dari pembentukan keperibadian yang salah. Bila kita melihat kasus-kasus begal, banyak dari pelakunya masih berusia belasan tahun. Maka dari itu perlu adanya kontrol sosial untuk menghadapi permesalahan sosial ini. Perlunya berbagai elemen dilibatkan untuk duduk bersimpuh membicarakan hal tersebut. Mulai dari aparat keamanan, aparat lingkungan sekelas RT/RW, tokoh agama, tokoh masayarakat, dan pendidik dalam pendidikan formal. Mereka harus berusaha keras untuk meminimalisir kenakalan yang terjadi pada remaja. Karena berawal dari kenakalan yang dianggap spele dapat berbuah menjadi kenakalan yang terorganisir sampai pada aksi kriminal. 


Doktrin agama juga perlu dibubuhkan dalam pendidikan keluarga. Karena doktrin agama sangat memungkinkan untuk digunakan sebagai alat kontrol sosial yang efektif dalam keluarga. Keadaan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Ada manusia yang berhasil menemukan jati diri dengan renungan pribadi, namun ada manusia yang menemukan jatidiri melalui kelompok. Apabila kelompok yang dijadikan acuan baik tidak menjadi masalah. Namun apabila sebaliknya, hal itu akan berujung pada pembentukan keperibadian yang antisosial, dan arogan. Berawal dari kondisi kejiwaan tersebutlah seorang dapat melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Di balik fenomena begalisme yang terjadi belakangan ini kita semua memiliki andil untuk menanggulangi permaslahan tersebut. Tak bijak nampanya jika melihat sebab-musabab peristiwa ini melalui satu sudut pandang. Maka dari itu nampaknya kita harus tetap berfikir arif sambil berfikir keras untuk mengurangi bahkan menyudahi fenomena ini. Berawal dari diri sendirilah kita lakukan pencegahan.